Rabu, 25 September 2013

pencak silat betawi " Lajer Kencana "

SEJARAH PENDIRI PENCAK SILAT BETAWI “LAJER KENCANA”


Awal berdirinya Pencak silat Betawi bernama “CEMETI UTAMA”. Didirikan pada tanggal 01 May 1970. Beralamatkan di Jln.Kalianyar X Gg.6 No.8 Rt.02/Rw.07 Kel. Kalianyar Kec. Tambora, Jakarta Barat.
Cemeti Utama asal dari permainan/aliran Pencak Silat Betawi CIPECUT yang berpusat diKayumanis IX sebagai Guru Besarnya Bapak Raden Sanjaya Utama atau disebut yang terkenal B.O. (Bp.Utama).
Nama CEMETI UTAMA diambil dari CEMETI (Pecut) dari aliran Betawi Cipecut, UTAMA nama Guru Besarnya Bpk.Utama(B.O). Sejak mudanya Beliau malang melintang dalam kancah persilatan, sehingga beliau menguasai daerah Mester terkenal didaerah mester pada waktu itu.

Pada waktu itu saya belajar pada tahun 1968 dikayumanis, kebetulan putranya mengembangkan dikantor Bank Bumi Daya Pusat bertempat di jln kebonsirih.
Kebetulan sekali saya juga bekerja disatu atap lain bagian dengan putra B.O. Yuspapang namanya. Sehingga belajar ya mengajar sesame para karyawan Bank Bumi Daya. Sebelum saya menekuni Pencak Silat Betawi pada usia 12th telah didik oleh ayah saya dengan permainan silat KROMPYONG 12 aliran dari jawa. Dianggap cukup maka diteruskan oleh teman ayah saya yang bernamaSubroto, beliau melanjutkan pendidikan pencak silat dari aliran Tiongkok yaitu BUTONG PAY, kalau tidak salah KAO KUN.

Setelah tamat sekolah pada tahun 1962, saya merantau ke Jakarta menyusul kedua kakak saya yang lebih dulu merantau, selama menganggur saya bertemu dengan Bpk.ATMAJA dari Rawa Bebek Jakarta Kota, Bpk Atma banyak tahu hal pribadi saya, maka saya teruskan mempelajari pengetahuan beliau dalam hal pernapasan : 
1.Pernapasan GASHOLIN.
2. Ilmu Kontak.
3. Hadiran.
Yang terakhir dikatamkan dengan MALAIKAT TUJUH.
Selama saya menjadi pengangguran,saya tekuni ke empat mata pelajaran tersebut,selesai pada tahun 1963. Pada tahun 1964 saya diajak sama Pak Ajus ke rempoa untuk melihat-lihat latihan pernapasan SIN.LAM.BA. dibawah asuhan Bp.BOIM. Lama kelamaan saya tertarik maka saya memulai ikut bergabung menjadi anggota Sin Lam Bad dan resmi menjadi murid Bp.Boim.
Hal ini sebagai tambahan pengetahuan ilmu yang penting, tujuannya baik dengan pantangan MO.LIMO (Maling, Madon, Main(judi), Minum, Madat). Hal ini sama seperti petuah guru awal Pak Atmaja.

Pada tahun 1966, kami diajak teman kedaerah RANCAGONG JURUG TANGERANG, untuk latihan bersama antar pernapasan, dibawah asuhan Bp.Muhtar atau dipanggil Pak Sitar, murid dari Kyai Umar Rancalang Banten. Saya lihat pernapasan ini agak lain, saya selalu ikut-ikutan teman untuk latihan bersama, akhirnya saya ditawarkan oleh Pak Sitar untuk bergabung. Apa salahnya menambah wawasan pengetahuan, saya terjun menjadi murid Pak Sitar saya tekuni aturan-aturan yang telah ditentukan oleh perguruan kedekatan Pak Sitar dengan saya akhirnya seperti saudara. Selesai sudah ajarannya sehingga saya ditugaskan untuk mengembangkan pengetahuan DUA KALIMAH SAHADAT dengan cara ritual wajib.

Kesibukan yang luar biasa, tetap saya jalani padahal pada waktu itu merangkap juga sejak tahun 1975 menjadi Pengurus IPSI Jakarta Barat sebagai Sekretaris, tahun 1980 menjadi Ketua Harian terakhir Ketua Tehnik dan Organisasi berakhir mundur pada bln Desember tahun 2010. Pada tahun 1985 saya diangkat menjadi Pengurus Pengda IPSI DKI sebagai Ketua BIdang Persiladini, berakhir undur diri pada Musda tahun 2010. Pada tahun 1994, diangkat ke tingkat pengurus PB.IPSI sebagai Ketua Bidang Persiladini berakhir tahun 1999.

Berbagai tugas yang dibebankan kepada saya dalam menjalankan dan berbakti terhadap Pencak Silat demi lestarinya Budaya Peninggalan Nenek Moyang kita.
- Pada tahun 1992 mengikuti Penataran Juri Persiladini Nasional.
- Pada tahun 1994 mengikuti Penataran Internasional dan sebagai Ketua Pertandingan Dunia diThailand tepatnya di HAJAI.

Tugas-tugas yang saya jalankan dalam pengembangan PENCAK SILAT dan BELA DIRI (PERSILADINI).
- Sosialisasi Peraturan Persiladini untuk para Juri/Pelatih di Lima Wilayah DKI JAKARTA.
- JAWA TIMUR, BANDUNG, PADANG, KENDARI, PONTIANAK.

TUGAS SEBAGAI JURI :
- Tahun 1995 tugas di SELANGOR KUALALUMPUR.
- Tahun 1995 tugas di Brunai darusalam, pulang keJakarta kembali lagi setelah beberapa bulan.
- Tahun 1997 tugas di Trenggano Kualalumpur Malaysia.
- Tahun 1997 tugas dalam Kejuaraan Tingkat Dunia di Kualalumpur.

Terakhir saya dibina oleh sepuh diGarut ABUYA GAJULI CUCU atau panggilan Bujut Kamli, dengan pengetahuan mendalami dari TAPSIR “ASAL DARI ALLAH HARUS KEMBALI KEPADANYA” bukan kepohon, binatang,kekramat-kramat,dsb.
Karena tidak ada kemajuan atas masukan pengurus-pengurus, dan saran-saran dari sepuh-sepuh, maka pada tahun 1993 dari nama CEMETI UTAMA diganti dengan LAJER KENCANA, yang artinya Lajer Kencana adalah TIDAK ADA PERJUANGAN TANPA PENGORBANAN INGAT KEDIRI SENDIRI (bila dijabarkan panjang) Dan pada tahun 1991 perguruan ini telah kami NOTARISKAN Dengan No.1 tangal 3 Agustus 1991 oleh NY.ETIEF MUSA SUTJIPTO SH. Atas Nama Perguruan “CEMETI UTAMA” untuk mengenang Guru saya B.O. Dari Aliran Betawi.
Selama ini tetap masih berkembang dan mengembangkan baik Pencak Silatnya atau pernapasannya, hanya saya kembangkan SIM LAM BA. DUA KALIMAH SAHADAT-MARGALUYU, ini satu sama lain berkaitan ketemu pada ajaran KIBUYUT KAMLI GARUT, dan Kyai Abdulrahman dari Tarekat HAKMALIYAH.
Demikian sejarah singkat yang penting saja, adapun malang melintang pendiri Lajer Kencana sudah cukup, sudah ketemu yang sebenarnya(dicari)
Pendiri LAJER KENCANA : ATUT .K. LAHIR 01 DESEMBER 1942.
PENSIUNAN DARI BANK BUMI DAYA KANTOR PUSAT. BAG.U.L.N.

Disamping guru-guru dan sesepuh yang memberikan pengetahuan, demikian pula orang-orang tua dan tokoh-tokoh ikut andil memberikan petunjuk kepada saya dalam menghadapi kehidupan dialam ini agar berkah selamat sekeluarga dan bisa memenuhi tanggung jawab dialam akhir kepada sang pencipta, beliau-beliau lah saya dapat berbagai pengalaman serta petunjuk antara lain:
- Kyai Sujadi dari Desa Klawing Purbalingga.
- Uyut Sartu dari Sukahujan Bayah.
- Abah Karma dari desa Gunung Puyuh Sukabumi.
- Ustad Jusup dari Jambang Kulon.
- Abah Omo dari Warung Reja Subang.
- Robert Hadiwijaya dari Karang Gatak Klego Boyolali.
- Pak Musa dari Lorong 100 Tg.Priuk.
- Ali Amri tokoh Betawi dari Tebet.
- Aki Suro Dimejo dari Pondok Sambirejo Sragen.
- K.H Karnadi dari Tengah Tani Plered Cirebon.
- Abah Maman dari Kp.Pesar Binong Jurug.
- Sdr.kita Okih Effendy dari Semplak Bogor.
- Kyai Syarif Abdullah Kebon Besar Kalideres.
- Bp.H. Rasidin dari KUningan.
- Engkong Jaro Iban Kemayoran.
- Abah Nasrudin dari Kebumen.
- Abah Yunus Jurug Ciung Cikesik Banten.
- Ustad Toyib dari Bojong Jaya Pusaka Negara (lagi saling tukar pengetahuan sampai kini).

Sebagian dari sesepuh sudah wafat kembali menghadap yang Maha Suci, barang kali ada saudara-saudara kita yang mengenal nama-nama sesepuh tersebut berarti itu adalah saudara saya.

Demikianlah Riwayat dari Pendiri Perguruan Silat Betawi “LAJER KENCANA”
Pendiri LAJER KENCANA : ATUT.K.
Tanggal Lahir : 01 Desember 1942.
Pekerjaan : Pensiunan Bank Bumi Daya K.P.
Bag. U.L.N.
Alamat : Jln. Kalianyar X Gg.6/8 Rt.02/Rw.07
Kel. Kalianyar Kec. Tambora Jak-Bar

perguruan perisai putih

Sejarah PSN Perisai Putih

Perguruan Silat Nasional Perisai Putih didirikan oleh (Alm) R.A.Bustami.Barasubrata, beliau dilahirkan di Sumenep Madura. Perisai Putih didirikan pada tanggal 1 Januari 1967 dengan nama Yusika Perisai Putih, namun nama tersebut diganti karena berbau asing maka pada kongres IPSI Perisai Putih ditetapkan menjadi PSN Perisai Putih sampai sekarang.

Perisai Putih termasuk 10 Top Perguruan historis diantaranya :
1. Perisai Putih
2. Perisai Diri
3. Tapak Suci
4. Setia Hati
5. Setia Hati Teratai
6. Putra Betawi
7. Prasahaja Mataram
8. PPSI
9. Hari Murti
10. Nusantara

PSN Perisai Putih datang pertama kali ke Jakarta dibawa oleh Alm S.Himantoro dan pertama kali latihan diPasar ikan Penjaringan Jakarta Utara.

Perguruan pencak silat ASAD

Sejarah perguruan pencak silat ASAD

Seni, Jurus, dan Silsilah Persinas ASAD --

Menghindari berita atau cerita yang simpang siur mengenai apa dan bagaimana sebenarnya asal muasal kaidah seni, jurus, dan silsilah ilmu Persinas ASAD, maka kami akan sedikit memaparkannya dalam blog ini.
Persinas ASAD merupakan perguruan silat yang dilatarbelakangi oleh beberapa aliran silat di Indonesia, diantaranya adalah:

1. Aliran Cimande, yang berjuluk Cimande Tari Kolot
Aliran silat yang berasal dari tanah Pasundan ini diadopsi oleh Persinas ASAD untuk memperkaya khasanah seni pencak silat di dalamnya. Adapun Persinas ASAD memperoleh ilmu seni beladiri ini dari proses berguru kepada Bapak H. Rachmat Ace Sutisna.

2. Aliran Silat Karawang, yang berjuluk Singa Mogok
Silat asal Karawang – Jawa Barat ini diperoleh dari proses berguru langsung kepada Bapak H. Sulaiman. Tidak banyak diketahui mengenai silsilah ilmu beladiri ini secara lengkap dan jelas.

3. Aliran Silat Indramayu
Silat Indramayu ini pun diperoleh dari proses berguru langsung kepada guru besarnya, yakni Bapak Ahmad. Namun sama halnya dengan Silat Karawang Singa Mogok, kami pun tidak mengetahui secara pasti runutan silsilah beladiri ini.

Untuk menciptakan kaidah seni dan jurus yang baku saat ini, maka dewan guru/pelatih Persinas ASAD meramu atau merumuskan dari apa yang mereka peroleh. Adapun cabang ilmu pencak silat yang berhasil dikumpulkan dan dikolaborasi, dimana selanjutnya menjadi bahan dasar terbentuknya kaidah seni dan jurus Persinas ASAD yang saat ini telah baku, adalah sebagai berikut:

CIMANDE TARI KOLOT (BOGOR)

1. Kelid Duduk (33 jurus)
2. Kelid Berdiri (33 jurus)
3. Pepedangan (17 jurus)
4. Gerakan Seni / Kembangan:
4.1 Tepak Satu;
selancar hiburan/atraksi (angka 8) dan selancar massal.
4.2 Tepak Dua
4.3 Tepak Tiga / Tilu

SILAT KARAWANG SINGA MOGOK (7 jurus)

SILAT INDRAMAYU (9 jurus)

Alhamdulillaah, dari alur silsilah para dewan guru/pelatih Persinas ASAD yang merujuk pada Silat Cimande Tari Kolot ini, menjadikan Persinas ASAD diakui pula sebagai salah satu anggota aliran silat Cimande Tari Kolot – Bogor, dengan urutan silsilah ilmu yang ke-sembilan, sebagai berikut:

Eyang Buyut, sebagai pencipta awal aliran pencak silat Cimande
Diturunkan kepada Eyang Rangga dan Eyang Khoir
Diturunkan dari Eyang Rangga kepada M. Ace Laseha dan M. Karta Singa
Diturunkan dari M. Ace Laseha kepada salah satu anaknya, yakni M. Abdul Somad
 
Diturunkan dari M. Abdul Somad kepada H. Idris
Diturunkan dari H. Idris kepada Ibu Dedeng Kurnia
Diturunkan dari Ibu Dedeng Kurnia kepada putranya, yakni Bp. Rachmat Ace Sutisna, yang juga menjabat sebagai Ketua Silat Cimande Tari Kolot, Bogor – Jawa Barat
 
Diturunkan dari Bp. Rachmat Ace Sutisna kepada 8 orang guru/pelatih di jajaran PB Persinas ASAD. Mereka adalah: Agung Sujatmiko, Supriyatna, Ahmad Bachtiar Mukti, Susilo Edi, Sulthon Aulia, Poyo Wiyanto, Yusuf Wibisono, dan Antong Samijo.

Demikianlah sedikit uraian mengenai asal muasal kaidah seni, jurus, serta silsilah yang saat ini berlaku dalam Persinas ASAD. Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika ada kesalahan tulis pada uraian singkat diatas.

pencak organisasi (PO)

PENCAK ORGANISASI (PO)

SEJARAH BERDIRINYA PENCAK ORGANISASI (PO) Pencak Organisasi atau PO berdiri di Kota Lumajang, pada tanggal 27 Agustus 1927, Didirikan Oleh seorang Pahlawan yaitu Guru Besar IMAM SUJA'I, Beliau Seorang Pahlawan yang pada masa itu berjuang untuk Bangsa Indonesia. Bapak IMAM SUJA'I mendirikan Perguruan Silat Pencak Organisasi sebagai gerakan yang "Bawah Tanah" yang menentang Penjajahan. Sebelum Beliau mendirikan Perguruan Ini, beliau telah bergabung di Perguruan Silat "Setia Hati Terate", setelah sekian lama bergabung, lalu beliau menciptakan suatu Perguruan Bela Diri (silat) Pencak Organisasi, Sehingga Beberapa Jurus-jurus PO Mirip dengan SHT, namun tidak sama, Beliau Telah Memodifikasi dan mengembangkan jurus-jurus SHT dengan Pikiran Beliau. Pada Waktu itu beliau dan Murid-muridnya mengadakan gerakan bawah tanah untuk menentang penjajahan dan beliau gugur di medan perang sehingga di Lumajang terdapat nama jalan IMAM SUJA'I sebagai tanda penghargaan dan peringatan untuk Beliau sebagai BUNGA BANGSA. PENCAK ORGANISASI MENEMBUS DUNIA Sekarang PO telah berkembang dimana-mana dan telah meraih prestasi yang membanggakan BANGSA INDONESIA, dengan Pesilat-pesilat yang BerKualitas, PO telah mengharumkan nama bangsa, Sebagai Contoh Menangnya Pesilat-Pesilat PO yang mewakili BANGSA INDONESIA di SEA GAMES Chiang Mai THAILAND. Pesilat PO Berhasil dalam cabang SILAT SENI BELA DIRI yang menampilkan Seni itu Sendiri.

Perguruan pencak silat cimande

Sejarah Silat Cimande

Cimande by Kang Asep Hermawan
Bela diri di tanah air sebenarnya tidak kalah dari bela diri luar. Sebenarnya kalau anda tahu kehebatan silat tanah air ini sanggup mengalahkan bela diri dari luar. Banyak kedahsyatan jurus silat yang tersembunyi. Salah satunya adalah Silat Cimande yang terkenal di Jawa Barat. Sejarah Silat Cimandesangat menarik untuk di simak. Tepatnya cerita awal mula terciptanya jurus silat cimande yang cukup fenomenal ini.
Semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dsb. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:
1. Versi Pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya) dan juga Cianjur selatan. Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya. Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17-abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor, Cianjur, Bandung, Sumedang, dsb. Dan dalam perjalanan tersebut beliau sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari berdagang, beliau tidak menemukan istrinya ada di rumah… padahal saat itu sudah menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai sore. Beliau menunggu dan menunggu… sampai merasa jengkel dan khawatir… jengkel karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang juga, hilang rasa khawatir… yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer bertanya kepada istrinya… “ti mana maneh?” (Dari mana kamu?) tetapi tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya. Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus memukul… tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kecapean dan menyadari kekhilafannya… dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus “ti mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?” (Dari mana kamu? Lalu dari mana kamu bisa “Main”?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau berkelahi dengan 2 ekor monyet. (Salah satu monyet memegang ranting pohon.) Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut. Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul menguasai semuanya (Hapal), dan itu menjelang tengah malam.
Apa yang ia pakai ketika menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta istrinya mengajarkan beliau. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Beliau berhenti berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa beliau bisa mengalahkan semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah beliau membangun reputasinya di dunia persilatan.
Jurus yang dilatih:
1. Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dll. Silakan guyur aja dengan air kalau ketemu yang kaya gini).
2. Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah. Saya sendiri sempat melihatnya di Tasikmalaya, semoga beliau diberi umur panjang, kesehatan dan murid yang berbakti sehingga jurus ini tidak benar-benar punah).
3. Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada. Maenpo Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab “ti indung” (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi, Kari, Sahbandar, dll). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, jaman penjajahan Belanda), dll.
2. Versi Kedua
Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli maenpo dari Kampung Badui. Beliau dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah Bugissendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui, keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah merupakan “pengotoran” akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un) meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati… Abah Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor. Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam), Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke orang luar, jangankan melatih… menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga beliau berjanji hanya akan memakai dan memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain halnya kalau mereka memberi barang… misal beras, ayam, gula merah atau tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi, Tangerang, dsb). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak, tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di USoleh orang Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.
3. Versi Ketiga
Versi ketiga inilah yang “sedikit” ada bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang dipakai oleh keturunan beliau di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana “leluhur” dalam bahasaIndonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan sebuah misteri terpisah, darimana beliau belajar Maenpo ini… apakah hasil perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut… tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande ini… Abah Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dll.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia. Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok… tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa pendekar dari China dan juga dari Sumatra. Dengan kualitas basic beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem Enoh). Sang Bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal di Cianjur dan bekerja sebagai “pamuk” (pamuk=guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena beliaulah yang merupakan salah satu murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang “menciptakan” aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun 1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi Bupati di Bogor. Mulai saat itulah beliau tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5 orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan murid-muridnya sewaktu beliau bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak ada, cuma digambarkan bahwa beliau: “selalu berpakain kampret dan celana pangsi warna hitam. Dan juga beliau selalu memakai ikat kepala warna merah, digambarkan bahwa ketika beliau “ibing” di atas panggung penampilannya sangat expressif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi dan terlatih baik, ketika “ibing” (menari) seperti tidak mengenal lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya selaras dengan kendang (“Nincak kana kendang” – istilah sunda). Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan.” (dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira

perguruan paku banten


Sejarah Perguruan Silat Pusaka Saputra Paku Banten (PS-PSPB)


Perguruan Silat Pusaka Saputra Paku Banten (PS-PSPB) merupakan seni bela diri pada masa kerajaan Sultan Hasanuddin pada pertengahan abad XVI. Pada masanya seni bela diri ini digunakan oleh prajurit kesultanan Banten yaitu pengawal khusus Sultan Maulana Hasanuddin dan secara turun temurun seni bela diri ini diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Asal mulanya PS-PSPB dikenal dengan nama Paku Banten yang hanya diwariskan oleh orang-orang tertentu. Dari waktu ke waktu Paku Banten  menyebar seiring dengan perkembangan jaman dan Paku Banten berubah nama menjadi Pusaka Saputra Paku Banten yang memiliki arti sebagai berikut: Pusaka berarti warisan, Saputra adalah generasi penerus, Paku merupakan mengokohkan atau yang mengokohkan, Banten merupakan nama tempat didirikannya Paku Banten. Jadi PSPB merupakan warisan yang diberikan kepada generasi selanjutnya untuk mampu berdiri dan kokoh dengan nilai-nilai budaya.
Kurikulum PSPB
Di PSPB terdapat 5 tingkatan yang harus dilalui yaitu:
-            Al Jabal (Gunung)
-            Al Bahr (Laut)
-            As Syam (Matahari)
-            Tungku, dan
-            Qonaah
Jurus Silat dan Kesenian
Jurus-jurus yang dikembangkan bersifat olahraga atau tangan kosong seperti:
-          Dasar bawah
-          Dasar atas
-          Pecahan 1, 2, dan 3
Jurus tongkat seperti:
-          Tongkat 4 penjuru
-          Tongkat 1, 2, dan 3
Dan pernafasan seperti:
-          Pernafasan 4 penjuru
Kesenian yang dikembangkan PSPB, yaitu:
-          Seni budaya DEBUS
-          Seni Ibing
Program ektra PSPB, yaitu:
-          Pelatihan Pengobatan Alternatif
PSPB tidak hanya menerima anggota asal BANTEN tapi seluruh INDONESIA bisa menjadi bagian dari PSPB.

perguruan merpati putih

Sejarah Merpati Putih

Merpati putih (MP) merupakan warisan budaya peninggalan nenek moyang Indonesia yang pada awalnya merupakan ilmu keluarga Keraton yang diwariskan secara turun-temurun yang pada akhirnya atas wasiat Sang Guru ilmu Merpati Putih diperkenankan dan disebarluaskan dengan maksud untuk ditumbuhkembangkan agar berguna bagi negara.
Awalnya aliran ini dimiliki oleh Sampeyan Dalem Inkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pangeran Prabu Mangkurat Ingkang Jumeneng Ing Kartosuro kemudian ke BPH Adiwidjojo (Grat I). Lalu setelah Grat ke tiga, R. Ay. Djojoredjoso ilmu yang diturunkan dipecah menurut spesialisasinya sendiri-sendiri, seni beladiri ini mempunyai dua saudara lainnya. yaitu bergelar Gagak Samudro dan Gagak Seto. Gagak Samudro diwariskan ilmu pengobatan, sedangkan Gagak Seto ilmu sastra. Dan untuk seni beladiri diturunkan kepada Gagak Handoko (Grat IV). Dari Gagak Handoko inilah akhirnya turun temurun ke Mas Saring lalu Mas Poeng dan Mas Budi menjadi PPS Betako Merpati Putih. Hingga kini, kedua saudara seperguruan lainnya tersebut tidak pernah diketahui keberadaan ilmunya dan masih tetap dicari hingga saat ini ditiap daerah di tanah air guna menyatukannya kembali.
Pada awalnya ilmu beladiri Pencak Silat ini hanya khusus diajarkan kepada Komando Pasukan Khusus ditiap kesatuan ABRI dan Polisi serta Pasukan Pengawalan Kepresidenan (Paspampres).
Didirikan pada tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta, mempunyai kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri dengan jumlah kolat (kelompok latihan) sebanyak 415 buah (menurut data tahun 1993) yang tersebar di seluruh Nusantara dan saat ini mempunyai anggota sebanyak kurang lebih dua setengah juta orang lulusan serta yang masih aktif sekitar 100 ribu orang dan tersebar di seluruh Indonesia.
Sang Guru Merpati Putih adalah Bapak Saring Hadi Poernomo, sedangkan pendiri Perguruan dan Guru Besar sekaligus pewaris ilmu adalah Purwoto Hadi Purnomo (Mas Poeng) dan Budi Santoso Hadi Purnomo (Mas Budi) sebagai Guru Besar terakhir yaitu generasi ke sebelas (Grat XI).PPS Betako Merpati Putih berasal dari seni beladiri keraton.
Berikut Silsilah Turunan aliran PPS Betako Merpati Putih:
  • BPH ADIWIDJOJO: Grat-I
  • PH SINGOSARI: Grat-II
  • R Ay DJOJOREDJOSO: Grat-III
  • GAGAK HANDOKO: Grat-IV
  • RM REKSO WIDJOJO: Grat-V
  • R BONGSO DJOJO: Grat-VI
  • DJO PREMONO: Grat-VII
  • RM WONGSO DJOJO: Grat-VIII
  • KROMO MENGGOLO: Grat-IX
  • SARING HADI POERNOMO: Grat-X
  • POERWOTO HADI POERNOMO dan BUDI SANTOSO HADI POERNOMO: Grat-XI
Pewaris muda: NEHEMIA BUDI SETIAWAN (putra Mas Budi) dan AMOS PRIONO TRI NUGROHO (putra Mas Poeng) Grat - XII